Rabu, 07 November 2012

Pendapat Muhammad Hasanain Haikal (Peristiwa 11 September 2001)



Muhammad Hasanain Haikal adalah orang yang pemikirannya sama sekali tidak berpihak pada Islam. Dalam sebuah pernyataannya dia mengatakan bahwa tanpa gembar-gembor sebenarnya ada pihak-pihak bertanggung jawab (khususnya Eropa) yang melontarkan berbagai analisis berbeda, dimana sebagiannya mengandung banyak kemungkinan untuk dipercaya. Sementara sebagian analisis yang dikemukakan saat ini, termasuk di Brussel, ibukota NATO ada berbagai analisis yang menganggap mustahil keterlibatan Osama bin Laden, serta memaparkan sebuah bangun sempurna yang lebih layak disebut sebagai bukti-bukti penguat daripada sekedar rangkaian peristiwa. Ini merupakan analisis yang patut dipertimbangkan. Saksi-saksi mengindikasikan adanya garis penghubung yang menyimpulkan bahwa sungguh sulit berdasarkan asumsi manapun yang wajar untuk mengaitkan apa yang terjadi di New York dan Washington dengan Osama atau organisasi Al-Qaidah yang dipimpinnya. Kesulitan tidak timbul dari kenyataan bahwa operasi yang telah terlaksana itu berada diluar jangkauan perangkat operasi, organisasi dan sumber daya yang dimiliki Osama, tapi kesulitan ini benar-benar mencapai tingkat kemustahilan, karena selama masa terakhir ini, setelah peristiwa peledakan Kapal Perusak “Cole“, Osama terus berada dalam pengawasan ketat dimana dia tidak bisa lolos dari pengawasan tersebut. Artinya, ia memang bisa menyembunyikan niat dihatinya, bisa menyemebunyikan seluruh detail kehidupannya didalam goa-goa tempat persembunyiannya, akan tetapi untuk melakukan pengorganisasian, perencanaan dan pelaksanaan operasi tingkat tinggi semacam yang terjadi di New York dan Washington ini. Ia tidak bisa menyembunyikan sesuatu, sekalipun hanya satu hari saja, dalam operasi yang pengaturannya mungkin membutuhkan tidak kurang dari 50 Orang. Padahal sudah jelas bahwa Osama dan organisasinya bukan saja diawasi, akan tetapi disusupi oleh alat-alat keamanan baik lokal maupun dari luar. Bukti-bukti nyaris berbicara bahwa pelaku adalah pihak yang sama sekali baru dipermukaan, yang tidak pernah diawasi sebelumnya, tidak mempunyai masa lalu yang menjadikannya berada dalam lingkaran pengawasan. Hal itulah yang memungkinkan untuk memperoleh informasi yang valid mengenai tempat-tempat yang telah disurvei dan dikajinya selama perencanaan, kemudian informasi ini dicek selama persiapan untuk pelaksanaan, kemudian ia akan muncul ditempat-tempat yang telah disurvei dan disiapkannya, lantas melakukan apa yang dilakukannya itu pada beberapa jam sibuk yang penuh kecemasan, yaitu empat jam yang telah mengubah dunia, terjadi antara pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Selama 4 jam krusial ini, tidak ada istilah penyusupan atau sembunyi-sembunyi, yang ada hanyalah langkah-langkah dan aksi-aksi biasa yang didengar dan dilihat ratusan pegawai, dimana sebagian besar dari mereka adalah perwira intelejen dan keamanan, pegawai imigrasi dan bea cukai di bandara paling sibuk di Amerika (Bandara Boston) yang dilengkapi dengan kamera-kamera pengawas yang diam maupun bergerak, yang dipasang disetiap sudut guna mengawasi setiap sisi. Satu hal yang menguatkan bahwa pelakunya merupakan “pihak baru“ adalah bahwa ide yang digunakan sama sekali tidak pernah terlintas dan tidak pernah ada sebelumnya, sementara kita sepakat bahwa ide lama pun andaikan akan diperbaharui pasti memerlukan beberapa uji coba, sedangkan ide baru lebih memiliki muatan keberanian untuk dicoba tanpa perlu pijakan yang pernah dikenalnya atau wawasan yang menentukan ketinggian latihannya. Fakta juga membuktikan bahwa pelaku adalah pihak baru, karena ia mempunyai tingkat pengetahuan luar biasa dalam mensurvei rencanannya yang belum diketahui sebelumnya. Pelaku ini masuk ke bandara membawa koper dan senjatanya, menunggu dibelakang pintu gerbang tempat naik ke pesawat setelah melakukan proses pemeriksaan perjalanan dan keamanan, sedangkan ia percaya penuh akan kesempurnaan persiapannya dengan segala kemampuannya untuk melakukan peledakan, karena pesawat tersebut membawa bahan bakar yang cukup untuk terbang selama enam jam di udara. Sesudah itu pelaku memiliki kemampuan menguasai pesawat yang dinaikinya dan mengubahnya sebagai bom yang akan diarahkannya kearah target yang ditetapkannya. Target telah ditetapkan dengan makna simboliknya, yaitu di New York sebagai pusat perekonomian dan Washington sebagai pusat pemerintahan Amerika Serikat. Kemudian titik benturan yang dituju menggunakan hitungan matematika yang akurat, dimana ia hendak membenturkan pesawat dalam jarak ketinggian anatara gedung tingkat 60 hingga 70, agar reruntuhan yang jatuh kebawah cukup untuk menghacurkan seluruh gedung WTC yang tertimpa, menerobos dan masuk kedalamnya tanpa berserakan jauh.
Pelaku digerakkan oleh motif-motif kejiwaan yang benar-benar berbeda dari gambaran orang Arab tentang gerakan yang diperlukan untuk menghadapi Amerika, dalam arti bahwa tuntutan orang Arab terhadap Amerika adalah menekan Israel. Tekanan ini sendiri harus dengan ukuran dan takaran yang bisa terlihat beberapa kali dalam operasi-operasi pendahuluan yang menyebabkan kerugian besar, namun demikian tetap membiarkan banyak jalur yang terbuka. Tetapi pelaku aksi 11 September 2001 ini tidak terlihat ingin menimbulkan atau pengaruh atau tekanan apapun, bahkan aksinya ini juga tidak mengirim isyarat sedikitpun, sekalipun dengan darah, tentang tuntutannya dimasa mendatang, ia tidak menyisakan satu pun lubang kesempatan. Pelaku, berdasarkan seluruh isyarat yang bisa ditangkap, hanyalah orang-orang yang marah dan ngotot untuk membalas dendam, pada umumnya disebabkan oleh sesuatu yang telah terjadi. Suatu hal yang dikenal oeh dunia menyangkut apa yang dinamakan terror adalah bahwa setiap aksi terror dilakukan untuk tujuan menciptakan sejumlah besar pengaruh politik yang bisa menyingkirkan hambatan dari jalan atau membukakan pintu keluar. Adapun yang terjadi di New York dan Washington tidak mengandung muatan politik, tidak ada hal-hal sebelum dan sesudahnya. Tampaknya aksi ini sekaligus merupakan pendahuluan sekaligus hasil, serta segala-galanya. Ia merupakan serangan balas dendam atau hukuman yang digerakkan oleh organisasi yang sangat disiplin sejak pertama hingga kejadian terakhir. Gerakan-gerakan si pelaku dan temperamennya benar-bemar mengisyaratkan bahwa perencanaan aksi ini benar-benar bernuansa militer. Ia benar-benar merupakan aksi dengan pengorganisasian dan pelaksanaan yang sempurna, dengan logika dan jiwa manjerial disertai kedisiplinan yang sangat kentara. Pasti ada persiapan pertempuran, ada latihan tempur, ada pemetaan, perencanaan dan improvisasi peretempuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar