Rabu, 07 November 2012

Fakta di balik Kebohongan dan Kebodohan AS (Peristiwa 11 September 2001)



PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001. Peristiwa yang menggemparkan Dunia berupa penghancuran Gedung kembar WTC di New York sebagai simbol kekuatan ekonomi Amerika Serikat dan Gedung Pentagon di Washington DC sebagai simbol kekuatan militer sekaligus Pusat Pengendalian Pertahanan dan Keamanan Amerika dengan pesawat penumpang yang terjadi pada tanggal 11 September 2001, adalah peristiwa yang  membongkar topeng kebohongan dan kebodohan  Amerika Serikat, karena seperti yang dapat kita saksikan dalam tayangan TV, Amerika Serikat yang saat ini memproklamirkan diri sebagai Polisi Dunia dan sekaligus merupakan satu-satunya Negara Super Power dalam bidang militer seakan dibuat mainan, Gedung kembar WTC sebagai simbol kekuatan ekonomi Amerika Serikat dihancur leburkan rata dengan tanah dan Gedung Pentagon yang merupakan simbol kekuatan dan kekuasaan Amerika Serikat diporak porandakan oleh pesawat sipil tanpa ada reaksi sama sekali dari pihak pertahanan dan keamanan Amerika Serikat dan saat kedua pesawat menabrak gedung kembar WTC, rakyat Amerika Serikat seakan menyaksikan pertunjukan akrobat udara, yang lebih memalukan dan menghinakan lagi, ternyata Gedung Pentagon yang merupakan simbol kekuatan sekaligus pusat pengendalian pertahanan dan keamanan Amerika Serikat diserang 1 jam setelah Gedung kembar WTC rata dengan tanah.
Pembajak yang menabrakkan pesawatnya ke Pentagon ini adalah yang paling gila, karena bertentangan dengan ide terorisme yang biasanya memilih rute yang paling dekat. Pesawat ini terlebih dahulu terbang berputar-putar selama satu jam melalui kawasan West Virginia, kemudian Ohio, lantas tiba-tiba berbalik arah kembali ke Washington untuk menabrak markas Pentagon, padahal sebenarnya pesawat ini hanya butuh waktu 5 menit untuk mencapai Pentagon, begitu lepas landas dari bandara langsung menyeberangi Sungai Potomac, jadi tidak tidak perlu menghabiskan waktu satu jam dan anehnya pesawat ini tidak pernah terditeksi oleh alat keamanan Amerika Serikat.
Pada waktu menerima berita terjadinya pembajakan pesawat penumpang yang akhirnya ditabrakkan ke Gedung kembar WTC, Perwira yang bertanggung jawab di Pentagon sangat frustasi karena program-program darurat komputer di Pentagon tidak berfungsi sama sekali. Ia memerintahkan agar diterbangkan pesawat-pesawat dari pangkalan yang berjarak tempuh 2 menit dari Washington namun ia terkejut karena tidak ada satupun pilot, iapun akhirnya mengeluarkan instruksi ke sebuah pangkalan yang berjarak 200 mil dari Pentagon dan ternyata kru pesawat juga tidak lengkap. Pesawat dengan kru yang tidak lengkap tersebut sampai di Pentagon setelah menara kembar WTC hancur dan kembalilah pesawat-pesawat tersebut ke pangkalan, sedangkan komandan keamanan di pentagon tetap dimarkas komando tersebut. Dengan kecemasan yang luar biasa kepala keamanan Pentagon tersebut berusaha mengadakan kontak dengan beberpa pangkalan lainnya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, namun ternyata program-program komputer darurat juga tidak berfungsi, celakanya tak lama kemudian nasib gedung Pentagon pun sama dengan WTC, diporak-porandakan oleh hantaman Pesawat terbang sipil. Perwira yang bertanggung jawab di Pentagon tersebut ikut tewas.
Siapa otak dan pelaku pembajakan tersebut, sampai saat ini pemerintah Amerikan Serikat tidak secara tegas dan kompak memberikan pernyataan siapa sebenarnya otak dan pelaku pembajakan tersebut, namun opini yang sengaja dibentuk oleh Amerika Serikat dalam masyarakat dunia adalah Osama bin Laden dengan Al-Qaidahnya dengan menangkap beberapa orang yang mereka sebut sebagai anggota jaringan Al-Qaidah . Operasi macam apakah serangan 11 September tersebut dan seberapa hebatkah Al-Qaidah pimpinan Osama sehingga dapat melakukan serangan yang begitu dahsyat.
Serangan 11 September 2001 tentunya bukan sekedar peristiwa pembajakan sebuah pesawat lalu menabrakkan pesawat tersebut ke suatu sasaran, atau seperti anggapan orang awam bahwa membajak pesawat udara sama mudahnya dengan membajak sebuah bis penumpang kemudian menabrakkan bis tersebut ke suatu sasaran. Peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan menara kembar WTC dan Gedung Pentagon adalah peristiwa yang sangat dahsyat dan luar biasa, karena peristiwa tersebut terjadi setelah melalui tahapan-tahapan yang semuannya mempunyai kerumitan yang tinggi. Bisa kita bayangkan bagaimana sebuah Negara super power seperti Amerika Serikat yang telah memproklamirkan diri sebagai Polisi Dunia itu dibuat sama sekali tak berdaya dimana dalam waktu bersamaan ada empat pesawat yang dibajak kemudian pesawat-pesawat tersebut diarahkan ke suatu titik di Amerika Serikat kemudian menghancur-leburkannya tanpa ada reaksi sedikitpun dari pihak keamanan Negara.
Menurut para pakar, serangan tersebut merupakan operasi militer kelas tinggi dengan pengorganisasian yang rapi dan sempurna serta kedisiplinan yang tinggi, memiliki pengetahuan yang luar biasa dan kemampuan yang sempurna disertai keberanian yang tiada batas.
Didalam peristiwa serangan 11 September 2001 tersebut jelas terlilat bahwa gerakan-gerakan si pelaku dan temperamennya mengisyaratkan bahwa perencanaan aksi ini benar-benar bernuansa militer, hal ini sudah bisa dirasakan mulai dari kesabaran bergerak sejak dari level pemikiran, perencanaan, kontrol, hingga pelaksanaan, dengan planing sempurna disertai tekad terlalu besar untuk dinggap sekedar ledakan emosi untuk menghadapi operasi kamikaze yang meyakinkan. Operasi ini juga merupakan operasi militer kelas tinggi karena tahapan-tahapan yang dilalui para pembajak mulai dari pemetaan, perencanaan, latihan sampai dengan pelaksanaan, semua mempunyai kerumitan serta resiko yang sangat tinggi. Kerumitan yang dihadapi dalam aksi ini bukan saja mereka harus mahir mengendalikan pesawat, namun bersamaan dengan itu pembajak juga harus dapat menembus sekaligus melumpuhkan seluruh system keamanan dan komputer darurat yang begitu rumit dan ketat, yang memang telah lama dipersiapkan untuk menghadapi serangan nuklir Uni Sovyet, dimana sandi-sandinya hanya diketahui oleh elit militer tertentu yang sangat loyal terhadap Negara. Aksi semacam ini tentunya tidak mungkin hanya dilakukan oleh pelaksana lapangan (para pembajak)yang jumlahnya hanya sedikit, namun setidaknya melibatkan 50 orang yang masing-masing mempunyai keahlian yang sempurna sesuai dengan bidang dan tugasnya dengan pengorganisasian yang sangat rapi dan sempurna serta disiplin yang tinggi.
Salah satu kunci tidak terciumnya aksi tersebut sejak perencanaan hingga pelaksanaan operasi oleh alat keamanan maupun intelejen Amerika Serikat, baik CIA maupun alat keamanan lainnya tentu sangat terkait dengan kerapian organisasi dan disiplin tinggi yang dimiliki seluruh anggota organisasi ini. Disamping itu tidak terciumnya gerakan ini oleh alat keamanan Amerika Serikat sudah bisa dipastikan bahwa organisasi ini adalah organisasi yang mempunyai pengetahuan luar biasa dan penguasaan ilmu yang sempurna.
Para pelaku aksi ini mempunyai tingkat pengetahuan luar biasa dan penguasaan ilmu yang sempurna, baik yang bertugas melumpuhkan system keamanan maupun eksekutor lapangan. Anggota yang bertugas melumpuhkan sitem keamanan udara maupun komputer darurat Pentagon tentu merupakan orang-orang yang mempunyai pengetahuan luar biasa dan pengusaan ilmu yang sempurna karena harus bisa menembus sekaligus melumpuhkan sistem keamanan udara maupun komputer darurat di Pentagon yang begitu rumit dengan pengamanan yang super ketat tanpa bisa terditeksi oleh aparat, dan kesempurnaan penyelesaian tugas inilah yang nantinya akan memuluskan para eksekutor lapangan (pembajak).Begitu pula para eksekutor lapangan (pembajak) meskipun harus melalui pemeriksaan dan pengawasan yang ketat (lebih-lebih bila benar pelaku berwajah Arab sebagaimana dituduhkan Amerika, tentu ada perlakuan khusus dengan pengawasan dan pemeriksaaan yang ekstra ketat) namun mereka tetap harus dapat melaksanakan seluruh tugasnya dengan sempurna, mulai dari meloloskan diri dari pemeriksaan di Bandara, baik yang dilakukan oleh pihak keamanan maupun alat diteksi yang serba canggih yang diapasang disetiap pintu masuk maupun yang dipasang ditempat tersembunyi guna mengawasi setiap sisi. Para pembajak tersebut dapat dipastikan bahwa mereka bukan pilot amatiran yang belajar mengemudikan pesawat kecil atau melalui simulasi, namun mereka merupakan pilot yang handal yang sangat berpengalaman, mereka mempunyai pengetahuan yang luar biasa dalam penguasaan pesawat terbang. Dengan penuh keyakinan tidak akan terditeksi oleh pengawas keamanan penerbangan, mereka keluar jauh dari jalur penerbangan yang telah ditetapkan dengan aturan dan pengawasan yang sangat ketat, kemudian membawa pesawat yang penuh dengan bahan bakar tersebut dan mengubahnya menjadi bom yang akan diarahkannya ke target yang ditetapkannya dengan akurasi yang sempurna. Target telah ditetapkan dengan makna simboliknya, yaitu di New York sebagai pusat perekonomian dan Washington sebagai pusat pemerintahan sekaligus pertahanan dan keamanan Amerika Serikat. Kemudian titik benturan yang dituju menggunakan hitungan matematika yang akurat, dimana ia hendak membenturkan pesawat dalam jarak ketinggian antara gedung tingkat 60 hingga 70, agar reruntuhan yang jatuh kebawah cukup untuk menghacurkan seluruh gedung WTC yang tertimpa, menerobos dan masuk kedalamnya tanpa berserakan jauh.
Semua orang tahu bahwa Amerika saat ini adalah Negara Super Power yang tiada duanya dan menganggap dirinya sebagai Polisi Dunia. Dengan segala keunggulan teknologinya baik teknologi militer maupun teknologi informasi seakan Amerika tidak bisa dijamah oleh siapa-pun bahkan negara manapun. Pentagon sendiri yang merupakan korban terakhir dari serangan tersebut adalah pusat pengendalian pertahanan dan keamanan Amerika Serikat yang pengawasannya ekstra ketat, lebih-lebih wilayah udaranya, dengan teknologi mutakhir yang dimiliki dapat memberikan peringatan dini bila akan terjadi serangan atau penyusupan, ditambah lagi dengan Basis Pertahanan Laut yang menggunakan sinar laser, seakan tak sebatang jarumpun bisa diselundupkan ke Gedung Pentagon. Dalam hal penerbangan, Amerika Serikat memberlakukan aturan yang sangat ketat, untuk penumpang dan barang bawaan. Pengawasan dan pemeriksaan selain dilakukan oleh petugas, juga menggunakan alat deteksi yang serba modern, pengawasan ini menjadi lebih ekstra ketat kalau calon penumpang tersebut berwajah Arab (Timur Tengah).

Untuk rute penerbangan, setiap pesawat sipil yang mengadakan perjalanan apapun, memiliki rute penerbangan dan ketinggian tertentu yang tidak bisa dilanggar, dan bila terjadi pelanggaran rute maupun ketinggian, maka pilot akan segera mendapat peringatan, dan bila peringatan tidak diindahkan tindakan keras dengan menembak jatuh pesawatpun dapat dilakukan, khususnya di wilayah Boston, New York dan Washington di kawasan pantai Timur Amerika Serikat, yang pengawasannya paling ketat diseluruh dunia.
Kawasan ini sejak lama memang dipersiapkan untuk menghadapi serangan nuklir Uni Sovyet, khususnya yang diarahkan kepada dua kota paling penting yaitu New York dan Washington. Tidak ada seorangpun di Amerika atau di dunia yang percaya bahwa ada teroris yang bisa membajak empat atau lima pesawat sekaligus di Amerika Serikat, dimana kelompok pertama membajak pesawat yang tinggal landas dari bandara Boston pukul 07.59, lantas mengubah rutenya hingga mencapai New York, kemudian menabrak menara Utara Gedung WTC pada pukul 08.45 ( 46 menit sesudahnya ). Kemudian pembajak lain yang tinggal landas pukul 08.14, menabrak menara Selatan Gedung WTC pukul 09.03, atau 18 menit setelah tabrakan di menara Utara, tanpa ada reaksi apapun dari Keamanan Amerika, seolah-olah mereka sedang melihat akrobat udara atau sedang menyaksikan film di bioskop. Bukan itu saja, Kantor Departemen Pertahanan Amerika Pentagon sendiri ditabrak pada pukul 09.43, atau kurang lebih 1 jam sesudah penghancuran menara kembar WTC.
Pesawat ini adalah yang paling aneh, karena bertentangan dengan ide terorisme yang biasanya memilih rute yang paling dekat. Pesawat ini mendekati bandara Washington, terbang sesuai dengan rutenya sehingga melalui kawasan West Virginia, kemudian Ohio, lantas tiba-tiba berbalik arah untuk menabrak markas Pentagon yang ada di Washington sendiri, padahal pesawat ini sebenarnya hanya butuh waktu lima menit untuk melakukan serangannya, begitu lepas landas dari bandara langsung menuju sasaran dengan menyeberangi Sungai Potomac, jadi tidak perlu waktu 60 menit seperti yang telah terjadi diatas yang seakan-akan mengejek pihak keamanan Amerika Serikat atau memang sengaja ingin mempermalukan Amerika Serikat. Padahal seharusnya Pentagon merupakan target pertama yang diserang pada peristiwa serangan nuklir atau serangan militer terhadap Amerrika Serikat, namun kenyataannya dilakukan paling akhir, jika pentagon sendiri tidak bisa melindungi dirinya dari serangan pesawat sipil, maka apa yang bisa dilakukan ketika serangan militer yang sesungguhnya?
Dari sisi lain penutupan semua bandara di Amerika dan kawasan udara Amerika serta pembelokan peswat-pesawat ke bandara-bandara di Kanada, sama sekali bertentangan dengan gambaran kasus ini, seakan-akan ini hanyalah pembajakan beberapa pesawat. Sebab tujuan pembajak hanya satu, membajak pesawat untuk menabrakkan dan meledakkan ke suatu target tertentu, jadi bukan membajak untuk mendarat kemudian minta tebusan, sama sekali tidak, sehingga meskipun dengan tekanan apapun bahkan janji apapun untuk mendarat ke Kanada, maka mereka tidak akan pernah menurutinya. Ini menunjukkan bahwa krisis ini terlalu besar dari kemampuan Amerika Serikat untuk mengendalikan, menguasai, bahkan mengarahkan beberapa pesawat sipil.
Memang pada masa pendudukan Uni Sovyet Osama mempunyai pengaruh serta andil yang cukup besar dalam mengusir penjajah dengan mensuplai senjata maupun perbekalan lainnya, namun setelah Pemerintah Islam Afganistan yang dipinpin oleh Mullah Muhammad Umar dikudeta Amerika Serikat dan sekutunya sehingga jatuh, posisi Osama semakin melemah karena selalu diburu oleh Amerika Serikat dan antek-anteknya. Ada sebuah analisis yang menarik yang dikemukakan oleh NATO di Brusel yang menganggap mustahil keterlibatan Osama, serta memaparkan sebuah bangun sempurna yang lebih layak disebut sebagai bukti-bukti penguat daripada sekedar rangkaian peristiwa. Saksi-saksi mengindikasikan adanya garis penghubung yang menyimpulkan bahwa sungguh sulit berdasarkan asumsi manapun yang wajar untuk mengaitkan apa yang terjadi di New York dan Washington dengan Osama atau organisasi Al-Qaidah yang dipimpinnya. Kesulitan tidak timbul dari kenyataan bahwa operasi yang telah terlaksana itu berada diluar jangkauan perangkat operasi, organisasi dan sumber daya yang dimiliki Osama, tapi kesulitan ini benar-benar mencapai tingkat kemustahilan, karena selama masa terakhir ini, setelah peristiwa peledakan Kapal Perusak “ Cole “, Osama terus berada dalam pengawasan ketat dimana dia tidak bisa lolos darinya. Artinya, ia memang bisa menyembunyikan niat dihatinya, bisa menyemebunyikan seluruh detail kehidupannya didalam goa-goa tempat persembunyiannya, akan tetapi untuk melakukan pengorganisasian, perencanaan dan pelaksanaan operasi tingkat tinggi semacam yang terjadi di New York dan Washington tersebut Osama tidak bisa menyembunyikan sesuatu, sekalipun hanya satu hari saja dalam operasi yang pengaturannya mungkin membutuhkan tidak kurang dari 50 Orang. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peluang Osama dengan Al-Qaidahnya untuk dapat melakukan aksi tersebut sangat kecil bahkan yang lebih realistis adalah mustahil.Selain dari pada itu untuk membuktikan tuduhan Amerika tersebut Amerika Serikat setidaknya harus bisa menjawab pertanyaan berikut ini :
o   Empat jam setelah peristiwa penghancuran Menara Kembar WTC dan Gedung Pentagon, CIA langsung memutuskan sikap bahwa dalang dari peristiwa tersebut adalah Osama, lantas apa bukti fisik keterlibatan Osama, kemudian Taliban melindunginya, apa memang tuduhan tersebut telah disiapkan sebelumnya?
o   Mengapa perusahaan penerbangan American Airlines setelah kejadian mengumumkan bahwa didalam daftar penumpang pesawat mereka tidak ada seorangpun penumpang yang berkebangsaan Arab, namun beberapa jam kemudian FBI mengumumkan bahwa ada 19 penumpang berkebangsaan Arab dan merekalah yang dituduh sebagai pembajaknya?
o   Dari 19 orang yang masuk dalam daftar pembajak yang melakukan kamikaze tersebut 7 orang diantaranya ternyata keesokan harinya masih bisa bekerja di kantor masing-masing diTunisia dan Arab Saudi, informasi mana yang sebenarnya bisa dipercaya?
o   Mengapa kotak hitam tidak pernah dibublikasikan, apakah didalam kotak hitam terdapat informasi yang tidak sesuai dengan keinginan Pemerintah Amerika, tidakkah pesawat yang dibajak jumlahnya lebih dari 4, jika memang benar yang di WTC rusak tidakkah masih ada yang di Pentagon dan Pennsylvania mengapa tidak satupun diumumkan hasilnya?
o   Bagaimanakah Amerika bisa menemukan Paspor salah seorang pembajak dibawah reruntuhan gedung WTC, seperti yang telah diumumkan? tidakkah panasnya udara waktu kebakaran dan ledakan bisa melelehkan baja, bahkan kotak hitampun katanya rusak, mengapa Paspor pembajak masih utuh?
o   Bagaimanah sebenarnya jatuhnya pesawat di Pennsylvania? Berita yang sampai ke masyarakat pesawat tersebut jatuh setelah ada pertengkaran antara pembajak dan kru pesawat, namun kenyataannya pemerintah juga tidak membantah adanya laporan saksi mata yang menegaskan bahwa pesawat tersebut dihadang oleh pesawat tempur Amerika Serikat lalu ditembaknya?
o   Bagaimanakah para pembajak bisa melumpuhkan semua sistem keamanan penerbangan di Amerikat termasuk bisa melumpuhkan sistim komputer darurat di Pentagon, tidakkah kode-kode hanya dimiliki oleh elit militer yang sangat loyal kepada pemerintah?
o   Bagaimanakah pembajak bisa memperoleh akurasi sempurna dalam menetapkan target dan waktu, bersamaan dengan itu ada beberapa kendaraan yang dipasangi ranjau meledak di belakang gedung putih dan di depan kantor Departemen Luar Negeri?
o   Mengapa intelejen AS menyembunyikan informasi dua pesawat lain, selain 4 pesawat sebagaimana yang diumumkan oleh perusahaan penerbangan American Airlines dan kemudian diketahui bahwa kedua pesawat tersebut jatuh dan beritanya dirahasiakan dari penglihatan dan pendengaran publik?
o   Bagaimanakah kelanjutan pernyataan Amerika Serikat tentang keberhasilannya menggagalkan pembajakan pesawat di Bandara John F. Kennedy dan menangkap para pelakunya yang katanya mereka adalah salah satu sel teroris Arab? mengapa sampai saat ini tidak ada kelanjutan berita dari peristiwa tersebut?
o   Adanya kontroversi pernyataan Colin Powell yang menyatakan bukti-bukti keterlibatan Osama, namun kemudian dibantah Bush bahwa bukti tersebut belum terungkap, mana pernyataan yang benar?
o   Mengapa ditempat-tempat yang menjadi target tidak didapati orang Yahudi, bahkan menurut laporan 4.000 orang Yahudi libur pada hari itu?
o   Mengapa AS mengabaikan perayaan yang diadakan oleh para ekstremis Yahudi di depan puing-puing WTC?
o   Mengapa AS tidak minta klarifikasi mantan PM Isreil, Uhud Barak, yang satu jam sebelum kejadian menyampaikan pidato disebuah stasiun AS yang mengingatkan bahaya terror orang Arab dan mengajak memerangi terorisme. Memang Amerika Serikat terus berusaha menutupi kebohongannya dengan kebohongan yang lain namun tentunya masyarakat dunia semakin sadar dan faham atas semua kebohongan dan kebobrokan Amerika Serikat?
Kesimpulannya tuduhan Amerika bahwa yang melakukan serangan 11 September 2001 adalah Osama dengan Al-Qaidahnya adalah suatu kebohongan besar Pertanyaan selanjutnya kalau bukan Osama lantas siapa yang melakukan aksi serangan tersebut, padahal opini dunia yang sengaja dibentuk Amerika Serikat adalah Osama dengan Al-Qaidahnya?
Sungguh, ini hanyalah rekayasa Amerika itu sendiri. Rekayasa Pihak Amerika Serikat ini sengaja dilakukan untuk memuluskan ambisinya dalam rangka menguasai dunia khususnya menguasai Negara Islam yang tidak patuh padanya dengan dalih perang global terhadap terorisme dunia. Dengan adanya rekayasa ini minimal ada 2 target yang diinginkan Amerika Serikat :
Pertama, Berputarnya Roda Ekonomi Amerika Serikat. Lyndon Rouche dalam salah satu pidatonya di Washington pada tanggal 24 Juli 2001 ia menegaskan bahwa saat ini Amerika sedang menghadapi krisis ekonomi yang parah dan sedang ditepi jurang kebangkrutan, Amerika Serikat sesungguhnya telah dikelola secara buruk sejak era Carter, regulasi dibidang transportasi, sumber daya, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dalam keadaan rusak. Sesungguhnya kehancuran ini tidak datang secara tiba-tiba didepan mata, akan tetapi adanya kebijakan-kebijakan yang keliru yang terus berlanjut, selagi IMF, kebijakan politik, Wall Street dan sistem Proteksi Federal masih mendominasi, maka jangan ada seorang pun yang berharap adanya perbaikan. Kondisi ini sebenarnya jauh lebih buruk dibanding keadaan pada tahun 1977
Dalam kondisi seperti ini pada umumnya perlu diciptakan alasan untuk mengobarkan perang yang kelak bisa menggerakkan ekonomi Amerika dan memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan Industri senjata.
Dulu Inggris pernah mengobarkan Perang dunia I guna mencegah terjadinya perubahan-perubahan semacam ini di Asia, maka pertama-tama mereka mengobarkan api perang di Balkan kemudian keseluruh dunia, begitu juga Jerman mengobarkan perang Dunia II dengan motif yang sama. Dengan adanya perang yang berkelanjutan diharapkan roda ekonomi Amerika yang sudah hancur akan berputar kembali, karena 25% rakyat Amerika bekerja diperusahaan senjata, dengan demikian produksi senjata akan meningkat dan tidak akan terjadi PHK. Selain dari pada itu dengan perang yang dilakukan oleh Amerika khususnya di Timur Tengah meskipun dengan biaya besar, Amerika Serikat tidak akan pernah rugi bahkan memperoleh keuntungan.
Dibidang militer, Amerika bisa menancapkan kuku kekuasaannya dengan membangun markas di negara tetangga yang dia perangi, sebagaimana Amerika Serikat menancapkan kuku kekuasaannya waktu perang Kuwait dan perang Iraq. Meskipun perang yang dilakukan memerlukan biaya besar ternyata Amerika Serikat tidak pernah mengeluarkan biaya untuk perang tersebut, senjata-senjata dan biaya yang dipergunakan untuk perang di tanggung negara-negara yang menjadi anteknya, bahkan negara yang diperanginya. Contoh perang Iraq, Iraq harus membayar perang yang dirancang Bush tahun 1990 sebesar 190 milyar dollar dan membayar perang selanjutnya sebesar 100 milyar dollar, padahal dia yang menyerbu Iraq dan selanjutnya akan menyedot 179 milyar barrel minyak Irak. Gila memang, Amerika yang memerangi tapi yang harus menanggung biaya adalah Iraq yang diperanginya begitu juga perang Kuwait.
Jika benar penghancuran menara kembar WTC dan Pentagon dilakukan oleh Amerika Serikat sendiri mengapa Amerika Serikat harus mengorbankan rakyatnya sendiri? Pertanyaan ini sebenarnya masuk akal, namun kalau kita belajar sejarah Amerika Serikat tentunya kita tidak perlu heran. Perlu ditegaskan lebih dahulu bahwa Amerika Serikat adalah negara Kapitalisme dan Imperialisme sejati, oleh karena itu mustahil kita mengharap mereka setia kepada nilai-nilai. Bagi Amerika nilai paling tinggi adalah kepentingan, dan kepentingan paling tinggi adalah uang, karena inilah sebenarnya inti dari Kapitalisme. Untuk mencapai tujuan tersebut Amerika tak segan menabrak segala macam nilai-nilai sebagaimana yang mereka gembar-gemborkan diseantero dunia selama ini. Politik, kekuasaan, pasukan, senjata, diplomasi internasional, media masa, moralitas, hanyalah serangkaian alat-alat yang bisa digunakan dan bisa pula ditanggalkan guna mencapai tujuan tertinggi Kapitalisme. Bila untuk Kapitalisme mereka harus berdusta, mereka akan lakukan, bila untuk kapitalisme mereka harus membunuh termasuk membunuh warganya, menyerang, mengusai, melakukan terror atau bahkan menghancurkan suatu negara, mereka akan lakukan semua itu, dan bila untuk mencapai keberhasilan semua itu diperlukan kekuatan negara, mereka akan lakukan untuk itu. Dan semangat Kapitalisme dan Imperialisme di era modern sekarang ini semakin mendapatkan darah segar ketika negara-negara membiarkan intervensi tangan-tangan perusahaan besar masuk ke ruang pengambilan keputusan, karena sebagian dari mereka adalah bagian dari perusahaan-perusahaan itu. Inilah ciri utama dari apa yang belakangan disebut Negara Korporasi (corporation state atau Negara Perusahaan), dan itulah sebabnya perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat bisa mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah, karena kenyataannya perusahaan-perusahaan besar itulah yang banyak menyokong bergeraknya roda perekonomian negara. Oleh karena itu tidak mengherankan jika didalam perusahaan-perusahaan raksasa selalu ditempatkan mantan pejabat yang pernah menempati posisi strategis di pemerintahan, misalnya: Raytheon dan Boeing (perusahaan pembuat pesawat terbang dan pesawat tempur), Lockheed Martin (perusahaan pembuat pesawat dan tank), Northrop Grumman (perusahaan pembuat senjata), Center for Security Policy (perusahaan perancang system pertahanan rudal), General Dynamics dan lain sebagainya. Disamping itu dalam menentukan kebijakan yang bersifat strategis, sangat didominasi oleh beberapa kelompok “elit“ atau dalam istilah Presiden Eisenhower disebut “institusi siluman“ atau “institusi X“ yaitu institusi yang menentukan target-target sejati dari strategi-strategi Amerika Serikat, dimana institusi ini memiliki tokoh-tokoh di posisi-posisi elit, baik di kepresidenan, konggres, CIA, FBI, Biro Keamanan Nasional (NSA) mapun di perusahaan-perusahaan raksasa. Itulah sekilas gambaran bagaimana sebenarnya Negara Amerika Serikat dikelola.
Di dalam peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan Gedung Kembar WTC dan Pentagon dengan 4 Pesawat terbang dengan korban manusia kurang lebih 3.000 orang kalau dibandingkan dengan korban Perang Vietnam tentu tidak ada artinya, lebih-lebih bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai, tentu kerugian tersebut sangat kecil. Didalam perang Vietnam Amerika Serikat harus mengeluarkan biaya sebesar 220 milyar dollar, 5 ribu pesawat helikopter, 6,5 juta ton bom dan 58.000 tentara, sedang di Pihak Vietnam kerugian materi tak terhitung, namun korban manusia diperkirakan lebih dari 2 juta orang. Jadi selain korban materi yang begitu besar, Amerika Serikat juga mengorbankan 58.000 tentaranya dan mestinya kalau mau jujur Amerika Serikat juga mengorbankan Presiden Kennedy, karena sebenarnya terbunuhnya Kennedy terkait dengan kebijaksanaan tentang adanya rencana penarikan pasukan Amerika Serikat dari Vietnam. Keputusan Kennedy tersebut ternyata berbenturan dengan kepentingan para elit yang sejatinya menguasai Amerika Serikat, namun Kennedy tetap ngotot, sehingga terjadilah pembunuhan tersebut yang direkayasa seakan-akan pelakunya adalah Lee Harvey Oswald. Rahasia dibalik pembunuhan Presiden Kennedy tersebut sampai saat ini masih diselimuti kabut misteri yang tebal, namun skandal tersebut rencananya akan dibuka pada tahun 2038, namun dimajukan pada tahun 2029. Jadi didalam perang Vietnam yang menelan korban demikian besar, baik dari segi materi maupun manusia, ternyata target yang ingin dicapai Amerikat Serikat hanya satu yaitu menggerakkan roda ekonomi Amerika Serikat.
Kedua, Memuluskan Niat Jahat Amerika Serikat untuk Menghancurkan serta Menguasai Negara Islam dengan Dalih Perang Global terhadap Terorisme Dunia. Seperti kita ketahui bahwa setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001, Amerika langsung menuduh Osama bin Laden dengan Al-Qaidahnya sebagai dalang peristiwa tersebut dan Afganistan sebagai pelindung Osama, dengan demikian Amerika Serikat yang mengaku sebagai Polisi Dunia menganggap legal melakukan serangan ke Afganistan. Pertanyaannya benarkah penyerbuan Amerika ke Afganistan karena adanya Osama? Ada sebuah buku yang mungkin bisa menjawab terkait dengan pertanyaan, mengapa Amerika Serikat harus mengorbankan warganya sendiri. Buku tersebut ditulis oleh James Bamford, dengan judul Body of Secrets : Anatomy of the Ultra-Secret National Security Agency. Didalam buku tersebut terungkap jelas bahwa ternyata Amerika Serika pernah merencanakan pembunuhan terhadap warganya sendiri untuk memuluskan niat jahatnya menyerbu Kuba.
Buku ini membeberkan tentang dokumen rahasia yang dibuat pada masa Presiden Kenedy, ketika penurunan Pasukan Amerika di Teluk Babi mengalami kegagalan, dimana tujuan utama operasi ini adalah menjatuhkan Presiden Fidel Castro. Operasi ini telah menjadi noda hitam yang mempermalukan intelejen Amerika. Dewan Jendral Amerika telah membuat suatu rencana lain yang disebut “Northwoods“ yang memuat rencana pembunuhan terhadap orang-orang Amerika Serikat yang berada di Kuba, untuk kemudian dilemparkan tuduhan pembunuhan ini kepada Kuba, sehingga Amerika Serikat mempunyai alasan yang kuat untuk menyerbu Kuba. Dewan Jendral ini memandang bahwa militer akan lebih sukses melakukan operasi yang gagal diwujudkan oleh intelejen. Jadi bukan hal yang mustahil bila operasi 11 September 2001 tersebut dilakukan oleh institusi yang ada di Amerika Serikat sendiri kemudian melemparkan tuduhan tersebut kepada kelompok Islam dengan tujuan membentuk opini publik Amerika yang dapat membakar emosi warga untuk menyeret dan mendorong pemerintah untuk berperang, serta opini dunia agar mendapat dukungan dari para sekutunya sehingga penyerbuan ke target-target yang telah direncanakan khususnya terhadap negara-negara Islam dianggap legal serta mendapat dukungan dari sekutunya.
Bukti lain yang dapat dijadikan alasan bahwa yang melakukan aksi ini adalah Amerika Serikat sendiri mengambil inspirasi dari sebuah judul film “Sword fish“ dimana film ini setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001 tersebut di Amerika Serikat dan negara sekutunya dilarang beredar. Larangan tersebut muncul karena adanya perdebatan sengit diantara para Senator di Konggres Amerika, yaitu bahwa dalam film tersebut terdapat simbol kekuatan laten dibelakang layar dan agen rahasia yang mendapat mandat dari seorang Senator untuk melakukan beberapa tugas rahasia yang dilarang undang-undang. Senator tersebut dalam dialog film berkata: “ Ya ! kita akan menjatuhkan pesawat kita sendiri, kita akan menghancurkan gedung-gedung kita sendiri, lantas kita akan memampang wajah buruk terorisme didepan seluruh masyarakat dunia. Dengan begitu kita akan mendapat dukungan opini masyarakat untuk mengobarkan perang terhadap negara-negara terroris.” Film tersebut sebenarnya juga beredar di Indonesia dengan bintang utamanya John Travolta, namun kalimat tersebut kelihatannya sudah di edit (dihilangkan).
Afganistan dan Irak dirudal atas nama perang melawan terorisme. Sedangkan kita tahu, Pemerintah Taliban sampai detik-detik terakhir tembakan salvo mesin perang Amerika tetap bersikukuh tidak tahu-menahu soal Tragedi WTC. Rezim Saddam Hussain pun tidak memiliki senjata pemusnah massal seperti dituduhkan Washington. Bahkan, Kepala Tim Inspeksi Senjata Nuklir, Mayjen Keith Dayton yang dikirim oleh Pentagon dengan 1.400 pakar nuklir juga tak menemukan secuil molukel atom di Irak. Jadi, gempuran ke Kabul dan Baghdad menyisakan misteri tersendiri.
Lembaga American Civil Liberties Union (ACLU) berhasil mendapatkan sebuah dokumen rahasia milik pemerintah AS terkait peristiwa 11 September 2001. Dalam dokumen itu terungkap bahwa pemerintahan Amerika Serikat yang ketika itu dipimpin oleh Presiden George W. Bush ternyata menekan komisi investigasi peristiwa 11 September agar tidak menyelidiki lebih jauh insiden yang menewaskan ribuan warga AS itu. Pemerintahan Bush menolak permohonan komisi untuk meminta keterangan dari para tersangka pelaku serangan dengan alasan, komisi telah melampui batas jika hal itu dilakukan dan akan mengganggu upaya pemerintah untuk melindungi bangsa dan egara AS. Dengan dalih bahwa pemerintah perlu melindungi keamanan nasional termasuk melindungi rakyat AS dari serangan-serangan teroris di masa depan, pemerintahan Bush memerintahkan agar komisi investigasi peristiwa 11 September 2001 tidak melakukan penyelidikan lebih jauh lagi terhadap peristiwa serangan tersebut. "Pejabat pemerintahan AS bertanggung jawab atas penegakkan hukum, pertahanan dan fungsi-fungsi intelejen pemerintah. Kami mendesak komisi untuk tidak lebih jauh lagi mengusulkan untuk ikut serta dalam proses interogasi para tahanan," demikian isi dokumen yang didapat ACLU. Tahanan yang dimaksud adalah para tersangka pelaku serangan 11 September 2001 yang sudah ditangkap dan dipenjarakan AS.
Dokumen dalam bentuk surat itu bertanggal 6 Januari 2004 dan ditandatangani oleh mantan Jaksa Agung AS, John Ashcroft, Menteri Pertahanan, Donald Rumsfeld dan Direktur CIA, George Tenet.
Komisi Investigasi dibentuk pemerintah AS pada bulan November 2002. Tugasnya, menyiapkan laporan menyeluruh tentang hal-hal terkait peristiwa serangan 11 September 2001 yang masih menimbulkan tanda tanya besar. Seiring perjalanan waktu, makin banyak orang termasuk di kalangan masyarakat AS sendiri yang meyakini bahwa AS telah memanipulasi peristiwa serangan yang dikenal dengan Black September itu.

2 komentar:

  1. English:
    Thanks for sharing this Information! You are Awesome!

    Indonesia:
    Terima kasih untuk membagi Informasi ini! kamu itu Mengagumkan!

    (saya bisa banyak bahasa)

    BalasHapus