Muhammad
Hasanain Haikal adalah orang yang pemikirannya sama sekali tidak berpihak pada
Islam. Dalam sebuah pernyataannya dia mengatakan bahwa tanpa gembar-gembor
sebenarnya ada pihak-pihak bertanggung jawab (khususnya Eropa) yang melontarkan
berbagai analisis berbeda, dimana sebagiannya mengandung banyak kemungkinan
untuk dipercaya. Sementara sebagian analisis yang dikemukakan saat ini,
termasuk di Brussel, ibukota NATO ada berbagai analisis yang menganggap
mustahil keterlibatan Osama bin Laden, serta memaparkan sebuah bangun sempurna
yang lebih layak disebut sebagai bukti-bukti penguat daripada sekedar rangkaian
peristiwa. Ini merupakan analisis yang patut dipertimbangkan. Saksi-saksi
mengindikasikan adanya garis penghubung yang menyimpulkan bahwa sungguh sulit
berdasarkan asumsi manapun yang wajar untuk mengaitkan apa yang terjadi di New
York dan Washington dengan Osama atau organisasi Al-Qaidah yang dipimpinnya.
Kesulitan tidak timbul dari kenyataan bahwa operasi yang telah terlaksana itu
berada diluar jangkauan perangkat operasi, organisasi dan sumber daya yang
dimiliki Osama, tapi kesulitan ini benar-benar mencapai tingkat kemustahilan, karena
selama masa terakhir ini, setelah peristiwa peledakan Kapal Perusak “Cole“, Osama
terus berada dalam pengawasan ketat dimana dia tidak bisa lolos dari pengawasan
tersebut. Artinya, ia memang bisa menyembunyikan niat dihatinya, bisa
menyemebunyikan seluruh detail kehidupannya didalam goa-goa tempat
persembunyiannya, akan tetapi untuk melakukan pengorganisasian, perencanaan dan
pelaksanaan operasi tingkat tinggi semacam yang terjadi di New York dan
Washington ini. Ia tidak bisa menyembunyikan sesuatu, sekalipun hanya satu hari
saja, dalam operasi yang pengaturannya mungkin membutuhkan tidak kurang dari 50
Orang. Padahal sudah jelas bahwa Osama dan organisasinya bukan saja diawasi,
akan tetapi disusupi oleh alat-alat keamanan baik lokal maupun dari luar. Bukti-bukti
nyaris berbicara bahwa pelaku adalah pihak yang sama sekali baru dipermukaan,
yang tidak pernah diawasi sebelumnya, tidak mempunyai masa lalu yang menjadikannya
berada dalam lingkaran pengawasan. Hal itulah yang memungkinkan untuk
memperoleh informasi yang valid mengenai tempat-tempat yang telah disurvei dan
dikajinya selama perencanaan, kemudian informasi ini dicek selama persiapan
untuk pelaksanaan, kemudian ia akan muncul ditempat-tempat yang telah disurvei dan
disiapkannya, lantas melakukan apa yang dilakukannya itu pada beberapa jam
sibuk yang penuh kecemasan, yaitu empat jam yang telah mengubah dunia, terjadi
antara pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Selama 4 jam krusial ini, tidak ada
istilah penyusupan atau sembunyi-sembunyi, yang ada hanyalah langkah-langkah
dan aksi-aksi biasa yang didengar dan dilihat ratusan pegawai, dimana sebagian
besar dari mereka adalah perwira intelejen dan keamanan, pegawai imigrasi dan
bea cukai di bandara paling sibuk di Amerika (Bandara Boston) yang dilengkapi
dengan kamera-kamera pengawas yang diam maupun bergerak, yang dipasang disetiap
sudut guna mengawasi setiap sisi. Satu hal yang menguatkan bahwa pelakunya
merupakan “pihak baru“ adalah bahwa ide yang digunakan sama sekali tidak pernah
terlintas dan tidak pernah ada sebelumnya, sementara kita sepakat bahwa ide
lama pun andaikan akan diperbaharui pasti memerlukan beberapa uji coba,
sedangkan ide baru lebih memiliki muatan keberanian untuk dicoba tanpa perlu
pijakan yang pernah dikenalnya atau wawasan yang menentukan ketinggian
latihannya. Fakta juga membuktikan bahwa pelaku adalah pihak baru, karena ia
mempunyai tingkat pengetahuan luar biasa dalam mensurvei rencanannya yang belum
diketahui sebelumnya. Pelaku ini masuk ke bandara membawa koper dan senjatanya,
menunggu dibelakang pintu gerbang tempat naik ke pesawat setelah melakukan
proses pemeriksaan perjalanan dan keamanan, sedangkan ia percaya penuh akan
kesempurnaan persiapannya dengan segala kemampuannya untuk melakukan peledakan,
karena pesawat tersebut membawa bahan bakar yang cukup untuk terbang selama
enam jam di udara. Sesudah itu pelaku memiliki kemampuan menguasai pesawat yang
dinaikinya dan mengubahnya sebagai bom yang akan diarahkannya kearah target
yang ditetapkannya. Target telah ditetapkan dengan makna simboliknya, yaitu di
New York sebagai pusat perekonomian dan Washington sebagai pusat pemerintahan
Amerika Serikat. Kemudian titik benturan yang dituju menggunakan hitungan
matematika yang akurat, dimana ia hendak membenturkan pesawat dalam jarak
ketinggian anatara gedung tingkat 60 hingga 70, agar reruntuhan yang jatuh
kebawah cukup untuk menghacurkan seluruh gedung WTC yang tertimpa, menerobos
dan masuk kedalamnya tanpa berserakan jauh.
Pelaku
digerakkan oleh motif-motif kejiwaan yang benar-benar berbeda dari gambaran
orang Arab tentang gerakan yang diperlukan untuk menghadapi Amerika, dalam arti
bahwa tuntutan orang Arab terhadap Amerika adalah menekan Israel. Tekanan ini
sendiri harus dengan ukuran dan takaran yang bisa terlihat beberapa kali dalam
operasi-operasi pendahuluan yang menyebabkan kerugian besar, namun demikian
tetap membiarkan banyak jalur yang terbuka. Tetapi pelaku aksi 11 September
2001 ini tidak terlihat ingin menimbulkan atau pengaruh atau tekanan apapun,
bahkan aksinya ini juga tidak mengirim isyarat sedikitpun, sekalipun dengan
darah, tentang tuntutannya dimasa mendatang, ia tidak menyisakan satu pun
lubang kesempatan. Pelaku, berdasarkan seluruh isyarat yang bisa ditangkap,
hanyalah orang-orang yang marah dan ngotot untuk membalas dendam, pada umumnya
disebabkan oleh sesuatu yang telah terjadi. Suatu hal yang dikenal oeh dunia
menyangkut apa yang dinamakan terror adalah bahwa setiap aksi terror dilakukan
untuk tujuan menciptakan sejumlah besar pengaruh politik yang bisa menyingkirkan
hambatan dari jalan atau membukakan pintu keluar. Adapun yang terjadi di New
York dan Washington tidak mengandung muatan politik, tidak ada hal-hal sebelum
dan sesudahnya. Tampaknya aksi ini sekaligus merupakan pendahuluan sekaligus
hasil, serta segala-galanya. Ia merupakan serangan balas dendam atau hukuman
yang digerakkan oleh organisasi yang sangat disiplin sejak pertama hingga
kejadian terakhir. Gerakan-gerakan si pelaku dan temperamennya benar-bemar
mengisyaratkan bahwa perencanaan aksi ini benar-benar bernuansa militer. Ia
benar-benar merupakan aksi dengan pengorganisasian dan pelaksanaan yang
sempurna, dengan logika dan jiwa manjerial disertai kedisiplinan yang sangat
kentara. Pasti ada persiapan pertempuran, ada latihan tempur, ada pemetaan,
perencanaan dan improvisasi peretempuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar