PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001. Peristiwa yang menggemparkan Dunia
berupa penghancuran Gedung kembar WTC di New York sebagai simbol kekuatan
ekonomi Amerika Serikat dan Gedung Pentagon di Washington DC sebagai simbol
kekuatan militer sekaligus Pusat Pengendalian Pertahanan dan Keamanan Amerika
dengan pesawat penumpang yang terjadi pada tanggal 11 September 2001, adalah
peristiwa yang membongkar topeng
kebohongan dan kebodohan Amerika
Serikat, karena seperti yang dapat kita saksikan dalam tayangan TV, Amerika
Serikat yang saat ini memproklamirkan diri sebagai Polisi Dunia dan sekaligus
merupakan satu-satunya Negara Super Power dalam bidang militer seakan dibuat
mainan, Gedung kembar WTC sebagai simbol kekuatan ekonomi Amerika Serikat
dihancur leburkan rata dengan tanah dan Gedung Pentagon yang merupakan simbol
kekuatan dan kekuasaan Amerika Serikat diporak porandakan oleh pesawat sipil
tanpa ada reaksi sama sekali dari pihak pertahanan dan keamanan Amerika Serikat
dan saat kedua pesawat menabrak gedung kembar WTC, rakyat Amerika Serikat
seakan menyaksikan pertunjukan akrobat udara, yang lebih memalukan dan
menghinakan lagi, ternyata Gedung Pentagon yang merupakan simbol kekuatan
sekaligus pusat pengendalian pertahanan dan keamanan Amerika Serikat diserang 1
jam setelah Gedung kembar WTC rata dengan tanah.
Pembajak yang menabrakkan pesawatnya ke Pentagon ini adalah yang
paling gila, karena bertentangan dengan ide terorisme yang biasanya memilih
rute yang paling dekat. Pesawat ini terlebih dahulu terbang berputar-putar
selama satu jam melalui kawasan West Virginia, kemudian Ohio, lantas tiba-tiba
berbalik arah kembali ke Washington untuk menabrak markas Pentagon, padahal
sebenarnya pesawat ini hanya butuh waktu 5 menit untuk mencapai Pentagon,
begitu lepas landas dari bandara langsung menyeberangi Sungai Potomac, jadi
tidak tidak perlu menghabiskan waktu satu jam dan anehnya pesawat ini tidak
pernah terditeksi oleh alat keamanan Amerika Serikat.
Pada waktu menerima berita terjadinya pembajakan pesawat penumpang
yang akhirnya ditabrakkan ke Gedung kembar WTC, Perwira yang bertanggung jawab
di Pentagon sangat frustasi karena program-program darurat komputer di Pentagon
tidak berfungsi sama sekali. Ia memerintahkan agar diterbangkan pesawat-pesawat
dari pangkalan yang berjarak tempuh 2 menit dari Washington namun ia terkejut
karena tidak ada satupun pilot, iapun akhirnya mengeluarkan instruksi ke sebuah
pangkalan yang berjarak 200 mil dari Pentagon dan ternyata kru pesawat juga
tidak lengkap. Pesawat dengan kru yang tidak lengkap tersebut sampai di
Pentagon setelah menara kembar WTC hancur dan kembalilah pesawat-pesawat
tersebut ke pangkalan, sedangkan komandan keamanan di pentagon tetap dimarkas
komando tersebut. Dengan kecemasan yang luar biasa kepala keamanan Pentagon
tersebut berusaha mengadakan kontak dengan beberpa pangkalan lainnya untuk
menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, namun ternyata program-program komputer
darurat juga tidak berfungsi, celakanya tak lama kemudian nasib gedung Pentagon
pun sama dengan WTC, diporak-porandakan oleh hantaman Pesawat terbang sipil.
Perwira yang bertanggung jawab di Pentagon tersebut ikut tewas.
Siapa otak dan pelaku pembajakan tersebut, sampai saat ini
pemerintah Amerikan Serikat tidak secara tegas dan kompak memberikan pernyataan
siapa sebenarnya otak dan pelaku pembajakan tersebut, namun opini yang sengaja
dibentuk oleh Amerika Serikat dalam masyarakat dunia adalah Osama bin Laden
dengan Al-Qaidahnya dengan menangkap beberapa orang yang mereka sebut sebagai
anggota jaringan Al-Qaidah . Operasi macam apakah serangan 11 September tersebut
dan seberapa hebatkah Al-Qaidah pimpinan Osama sehingga dapat melakukan
serangan yang begitu dahsyat.
Serangan 11 September 2001 tentunya bukan sekedar peristiwa
pembajakan sebuah pesawat lalu menabrakkan pesawat tersebut ke suatu sasaran,
atau seperti anggapan orang awam bahwa membajak pesawat udara sama mudahnya
dengan membajak sebuah bis penumpang kemudian menabrakkan bis tersebut ke suatu
sasaran. Peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan menara kembar WTC dan
Gedung Pentagon adalah peristiwa yang sangat dahsyat dan luar biasa, karena
peristiwa tersebut terjadi setelah melalui tahapan-tahapan yang semuannya
mempunyai kerumitan yang tinggi. Bisa kita bayangkan bagaimana sebuah Negara
super power seperti Amerika Serikat yang telah memproklamirkan diri sebagai
Polisi Dunia itu dibuat sama sekali tak berdaya dimana dalam waktu bersamaan
ada empat pesawat yang dibajak kemudian pesawat-pesawat tersebut diarahkan ke
suatu titik di Amerika Serikat kemudian menghancur-leburkannya tanpa ada reaksi
sedikitpun dari pihak keamanan Negara.
Menurut para pakar, serangan tersebut merupakan operasi militer
kelas tinggi dengan pengorganisasian yang rapi dan sempurna serta kedisiplinan
yang tinggi, memiliki pengetahuan yang luar biasa dan kemampuan yang sempurna
disertai keberanian yang tiada batas.
Didalam peristiwa serangan 11 September 2001 tersebut jelas
terlilat bahwa gerakan-gerakan si pelaku dan temperamennya mengisyaratkan bahwa
perencanaan aksi ini benar-benar bernuansa militer, hal ini sudah bisa
dirasakan mulai dari kesabaran bergerak sejak dari level pemikiran,
perencanaan, kontrol, hingga pelaksanaan, dengan planing sempurna disertai
tekad terlalu besar untuk dinggap sekedar ledakan emosi untuk menghadapi
operasi kamikaze yang meyakinkan. Operasi ini juga merupakan operasi militer
kelas tinggi karena tahapan-tahapan yang dilalui para pembajak mulai dari pemetaan,
perencanaan, latihan sampai dengan pelaksanaan, semua mempunyai kerumitan serta
resiko yang sangat tinggi. Kerumitan yang dihadapi dalam aksi ini bukan saja
mereka harus mahir mengendalikan pesawat, namun bersamaan dengan itu pembajak
juga harus dapat menembus sekaligus melumpuhkan seluruh system keamanan dan komputer
darurat yang begitu rumit dan ketat, yang memang telah lama dipersiapkan untuk
menghadapi serangan nuklir Uni Sovyet, dimana sandi-sandinya hanya diketahui
oleh elit militer tertentu yang sangat loyal terhadap Negara. Aksi semacam ini
tentunya tidak mungkin hanya dilakukan oleh pelaksana lapangan (para pembajak)yang
jumlahnya hanya sedikit, namun setidaknya melibatkan 50 orang yang
masing-masing mempunyai keahlian yang sempurna sesuai dengan bidang dan
tugasnya dengan pengorganisasian yang sangat rapi dan sempurna serta disiplin
yang tinggi.
Salah satu kunci tidak terciumnya aksi tersebut sejak perencanaan
hingga pelaksanaan operasi oleh alat keamanan maupun intelejen Amerika Serikat,
baik CIA maupun alat keamanan lainnya tentu sangat terkait dengan kerapian
organisasi dan disiplin tinggi yang dimiliki seluruh anggota organisasi ini. Disamping
itu tidak terciumnya gerakan ini oleh alat keamanan Amerika Serikat sudah bisa
dipastikan bahwa organisasi ini adalah organisasi yang mempunyai pengetahuan
luar biasa dan penguasaan ilmu yang sempurna.
Para pelaku aksi ini mempunyai tingkat pengetahuan luar biasa dan
penguasaan ilmu yang sempurna, baik yang bertugas melumpuhkan system keamanan
maupun eksekutor lapangan. Anggota yang bertugas melumpuhkan sitem keamanan
udara maupun komputer darurat Pentagon tentu merupakan orang-orang yang
mempunyai pengetahuan luar biasa dan pengusaan ilmu yang sempurna karena harus
bisa menembus sekaligus melumpuhkan sistem keamanan udara maupun komputer
darurat di Pentagon yang begitu rumit dengan pengamanan yang super ketat tanpa
bisa terditeksi oleh aparat, dan kesempurnaan penyelesaian tugas inilah yang
nantinya akan memuluskan para eksekutor lapangan (pembajak).Begitu pula para
eksekutor lapangan (pembajak) meskipun harus melalui pemeriksaan dan pengawasan
yang ketat (lebih-lebih bila benar pelaku berwajah Arab sebagaimana dituduhkan
Amerika, tentu ada perlakuan khusus dengan pengawasan dan pemeriksaaan yang
ekstra ketat) namun mereka tetap harus dapat melaksanakan seluruh tugasnya
dengan sempurna, mulai dari meloloskan diri dari pemeriksaan di Bandara, baik
yang dilakukan oleh pihak keamanan maupun alat diteksi yang serba canggih yang
diapasang disetiap pintu masuk maupun yang dipasang ditempat tersembunyi guna
mengawasi setiap sisi. Para pembajak tersebut dapat dipastikan bahwa mereka
bukan pilot amatiran yang belajar mengemudikan pesawat kecil atau melalui
simulasi, namun mereka merupakan pilot yang handal yang sangat berpengalaman,
mereka mempunyai pengetahuan yang luar biasa dalam penguasaan pesawat terbang.
Dengan penuh keyakinan tidak akan terditeksi oleh pengawas keamanan
penerbangan, mereka keluar jauh dari jalur penerbangan yang telah ditetapkan dengan
aturan dan pengawasan yang sangat ketat, kemudian membawa pesawat yang penuh
dengan bahan bakar tersebut dan mengubahnya menjadi bom yang akan diarahkannya
ke target yang ditetapkannya dengan akurasi yang sempurna. Target telah
ditetapkan dengan makna simboliknya, yaitu di New York sebagai pusat
perekonomian dan Washington sebagai pusat pemerintahan sekaligus pertahanan dan
keamanan Amerika Serikat. Kemudian titik benturan yang dituju menggunakan
hitungan matematika yang akurat, dimana ia hendak membenturkan pesawat dalam
jarak ketinggian antara gedung tingkat 60 hingga 70, agar reruntuhan yang jatuh
kebawah cukup untuk menghacurkan seluruh gedung WTC yang tertimpa, menerobos
dan masuk kedalamnya tanpa berserakan jauh.
Semua orang tahu bahwa Amerika saat ini adalah Negara Super Power
yang tiada duanya dan menganggap dirinya sebagai Polisi Dunia. Dengan segala
keunggulan teknologinya baik teknologi militer maupun teknologi informasi
seakan Amerika tidak bisa dijamah oleh siapa-pun bahkan negara manapun.
Pentagon sendiri yang merupakan korban terakhir dari serangan tersebut adalah
pusat pengendalian pertahanan dan keamanan Amerika Serikat yang pengawasannya
ekstra ketat, lebih-lebih wilayah udaranya, dengan teknologi mutakhir yang
dimiliki dapat memberikan peringatan dini bila akan terjadi serangan atau
penyusupan, ditambah lagi dengan Basis Pertahanan Laut yang menggunakan sinar laser,
seakan tak sebatang jarumpun bisa diselundupkan ke Gedung Pentagon. Dalam hal
penerbangan, Amerika Serikat memberlakukan aturan yang sangat ketat, untuk penumpang
dan barang bawaan. Pengawasan dan pemeriksaan selain dilakukan oleh petugas,
juga menggunakan alat deteksi yang serba modern, pengawasan ini menjadi lebih
ekstra ketat kalau calon penumpang tersebut berwajah Arab (Timur Tengah).
Untuk rute penerbangan, setiap pesawat sipil yang mengadakan
perjalanan apapun, memiliki rute penerbangan dan ketinggian tertentu yang tidak
bisa dilanggar, dan bila terjadi pelanggaran rute maupun ketinggian, maka pilot
akan segera mendapat peringatan, dan bila peringatan tidak diindahkan tindakan
keras dengan menembak jatuh pesawatpun dapat dilakukan, khususnya di wilayah
Boston, New York dan Washington di kawasan pantai Timur Amerika Serikat, yang
pengawasannya paling ketat diseluruh dunia.
Kawasan ini sejak lama memang dipersiapkan untuk menghadapi serangan nuklir Uni Sovyet, khususnya yang diarahkan kepada dua kota paling penting yaitu New York dan Washington. Tidak ada seorangpun di Amerika atau di dunia yang percaya bahwa ada teroris yang bisa membajak empat atau lima pesawat sekaligus di Amerika Serikat, dimana kelompok pertama membajak pesawat yang tinggal landas dari bandara Boston pukul 07.59, lantas mengubah rutenya hingga mencapai New York, kemudian menabrak menara Utara Gedung WTC pada pukul 08.45 ( 46 menit sesudahnya ). Kemudian pembajak lain yang tinggal landas pukul 08.14, menabrak menara Selatan Gedung WTC pukul 09.03, atau 18 menit setelah tabrakan di menara Utara, tanpa ada reaksi apapun dari Keamanan Amerika, seolah-olah mereka sedang melihat akrobat udara atau sedang menyaksikan film di bioskop. Bukan itu saja, Kantor Departemen Pertahanan Amerika Pentagon sendiri ditabrak pada pukul 09.43, atau kurang lebih 1 jam sesudah penghancuran menara kembar WTC.
Kawasan ini sejak lama memang dipersiapkan untuk menghadapi serangan nuklir Uni Sovyet, khususnya yang diarahkan kepada dua kota paling penting yaitu New York dan Washington. Tidak ada seorangpun di Amerika atau di dunia yang percaya bahwa ada teroris yang bisa membajak empat atau lima pesawat sekaligus di Amerika Serikat, dimana kelompok pertama membajak pesawat yang tinggal landas dari bandara Boston pukul 07.59, lantas mengubah rutenya hingga mencapai New York, kemudian menabrak menara Utara Gedung WTC pada pukul 08.45 ( 46 menit sesudahnya ). Kemudian pembajak lain yang tinggal landas pukul 08.14, menabrak menara Selatan Gedung WTC pukul 09.03, atau 18 menit setelah tabrakan di menara Utara, tanpa ada reaksi apapun dari Keamanan Amerika, seolah-olah mereka sedang melihat akrobat udara atau sedang menyaksikan film di bioskop. Bukan itu saja, Kantor Departemen Pertahanan Amerika Pentagon sendiri ditabrak pada pukul 09.43, atau kurang lebih 1 jam sesudah penghancuran menara kembar WTC.
Pesawat ini adalah yang paling aneh, karena bertentangan dengan ide
terorisme yang biasanya memilih rute yang paling dekat. Pesawat ini mendekati
bandara Washington, terbang sesuai dengan rutenya sehingga melalui kawasan West
Virginia, kemudian Ohio, lantas tiba-tiba berbalik arah untuk menabrak markas
Pentagon yang ada di Washington sendiri, padahal pesawat ini sebenarnya hanya
butuh waktu lima menit untuk melakukan serangannya, begitu lepas landas dari
bandara langsung menuju sasaran dengan menyeberangi Sungai Potomac, jadi tidak
perlu waktu 60 menit seperti yang telah terjadi diatas yang seakan-akan
mengejek pihak keamanan Amerika Serikat atau memang sengaja ingin mempermalukan
Amerika Serikat. Padahal
seharusnya Pentagon merupakan target pertama yang diserang pada peristiwa
serangan nuklir atau serangan militer terhadap Amerrika Serikat, namun
kenyataannya dilakukan paling akhir, jika pentagon sendiri tidak bisa
melindungi dirinya dari serangan pesawat sipil, maka apa yang bisa dilakukan
ketika serangan militer yang sesungguhnya?
Dari sisi lain
penutupan semua bandara di Amerika dan kawasan udara Amerika serta pembelokan
peswat-pesawat ke bandara-bandara di Kanada, sama sekali bertentangan dengan
gambaran kasus ini, seakan-akan ini hanyalah pembajakan beberapa pesawat. Sebab
tujuan pembajak hanya satu, membajak pesawat untuk menabrakkan dan meledakkan
ke suatu target tertentu, jadi bukan membajak untuk mendarat kemudian minta
tebusan, sama sekali tidak, sehingga meskipun dengan tekanan apapun bahkan
janji apapun untuk mendarat ke Kanada, maka mereka tidak akan pernah
menurutinya. Ini menunjukkan bahwa krisis ini terlalu besar dari kemampuan
Amerika Serikat untuk mengendalikan, menguasai, bahkan mengarahkan beberapa
pesawat sipil.
Memang pada
masa pendudukan Uni Sovyet Osama mempunyai pengaruh serta andil yang cukup
besar dalam mengusir penjajah dengan mensuplai senjata maupun perbekalan
lainnya, namun setelah Pemerintah Islam Afganistan yang dipinpin oleh Mullah
Muhammad Umar dikudeta Amerika Serikat dan sekutunya sehingga jatuh, posisi Osama
semakin melemah karena selalu diburu oleh Amerika Serikat dan antek-anteknya. Ada
sebuah analisis yang menarik yang dikemukakan oleh NATO di Brusel yang menganggap
mustahil keterlibatan Osama, serta memaparkan sebuah bangun sempurna yang lebih
layak disebut sebagai bukti-bukti penguat daripada sekedar rangkaian peristiwa.
Saksi-saksi mengindikasikan adanya garis penghubung yang menyimpulkan bahwa
sungguh sulit berdasarkan asumsi manapun yang wajar untuk mengaitkan apa yang
terjadi di New York dan Washington dengan Osama atau organisasi Al-Qaidah yang
dipimpinnya. Kesulitan tidak timbul dari kenyataan bahwa operasi yang telah
terlaksana itu berada diluar jangkauan perangkat operasi, organisasi dan sumber
daya yang dimiliki Osama, tapi kesulitan ini benar-benar mencapai tingkat
kemustahilan, karena selama masa terakhir ini, setelah peristiwa peledakan
Kapal Perusak “ Cole “, Osama terus berada dalam pengawasan ketat dimana dia
tidak bisa lolos darinya. Artinya, ia memang bisa menyembunyikan niat
dihatinya, bisa menyemebunyikan seluruh detail kehidupannya didalam goa-goa
tempat persembunyiannya, akan tetapi untuk melakukan pengorganisasian,
perencanaan dan pelaksanaan operasi tingkat tinggi semacam yang terjadi di New
York dan Washington tersebut Osama tidak bisa menyembunyikan sesuatu, sekalipun
hanya satu hari saja dalam operasi yang pengaturannya mungkin membutuhkan tidak
kurang dari 50 Orang. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peluang Osama
dengan Al-Qaidahnya untuk dapat melakukan aksi tersebut sangat kecil bahkan
yang lebih realistis adalah mustahil.Selain dari pada itu untuk membuktikan
tuduhan Amerika tersebut Amerika Serikat setidaknya harus bisa menjawab
pertanyaan berikut ini :
o
Empat jam
setelah peristiwa penghancuran Menara Kembar WTC dan Gedung Pentagon, CIA
langsung memutuskan sikap bahwa dalang dari peristiwa tersebut adalah Osama,
lantas apa bukti fisik keterlibatan Osama, kemudian Taliban melindunginya, apa
memang tuduhan tersebut telah disiapkan sebelumnya?
o
Mengapa
perusahaan penerbangan American Airlines setelah kejadian mengumumkan bahwa
didalam daftar penumpang pesawat mereka tidak ada seorangpun penumpang yang
berkebangsaan Arab, namun beberapa jam kemudian FBI mengumumkan bahwa ada 19
penumpang berkebangsaan Arab dan merekalah yang dituduh sebagai pembajaknya?
o
Dari 19 orang
yang masuk dalam daftar pembajak yang melakukan kamikaze tersebut 7 orang
diantaranya ternyata keesokan harinya masih bisa bekerja di kantor
masing-masing diTunisia dan Arab Saudi, informasi mana yang sebenarnya bisa
dipercaya?
o
Mengapa kotak
hitam tidak pernah dibublikasikan, apakah didalam kotak hitam terdapat
informasi yang tidak sesuai dengan keinginan Pemerintah Amerika, tidakkah
pesawat yang dibajak jumlahnya lebih dari 4, jika memang benar yang di WTC
rusak tidakkah masih ada yang di Pentagon dan Pennsylvania mengapa tidak
satupun diumumkan hasilnya?
o
Bagaimanakah
Amerika bisa menemukan Paspor salah seorang pembajak dibawah reruntuhan gedung
WTC, seperti yang telah diumumkan? tidakkah panasnya udara waktu kebakaran dan
ledakan bisa melelehkan baja, bahkan kotak hitampun katanya rusak, mengapa
Paspor pembajak masih utuh?
o
Bagaimanah
sebenarnya jatuhnya pesawat di Pennsylvania? Berita yang sampai ke masyarakat
pesawat tersebut jatuh setelah ada pertengkaran antara pembajak dan kru
pesawat, namun kenyataannya pemerintah juga tidak membantah adanya laporan
saksi mata yang menegaskan bahwa pesawat tersebut dihadang oleh pesawat tempur
Amerika Serikat lalu ditembaknya?
o
Bagaimanakah
para pembajak bisa melumpuhkan semua sistem keamanan penerbangan di Amerikat
termasuk bisa melumpuhkan sistim komputer darurat di Pentagon, tidakkah
kode-kode hanya dimiliki oleh elit militer yang sangat loyal kepada pemerintah?
o
Bagaimanakah
pembajak bisa memperoleh akurasi sempurna dalam menetapkan target dan waktu,
bersamaan dengan itu ada beberapa kendaraan yang dipasangi ranjau meledak di
belakang gedung putih dan di depan kantor Departemen Luar Negeri?
o
Mengapa
intelejen AS menyembunyikan informasi dua pesawat lain, selain 4 pesawat
sebagaimana yang diumumkan oleh perusahaan penerbangan American Airlines dan
kemudian diketahui bahwa kedua pesawat tersebut jatuh dan beritanya
dirahasiakan dari penglihatan dan pendengaran publik?
o
Bagaimanakah
kelanjutan pernyataan Amerika Serikat tentang keberhasilannya menggagalkan
pembajakan pesawat di Bandara John F. Kennedy dan menangkap para pelakunya yang
katanya mereka adalah salah satu sel teroris Arab? mengapa sampai saat ini
tidak ada kelanjutan berita dari peristiwa tersebut?
o
Adanya kontroversi
pernyataan Colin Powell yang menyatakan bukti-bukti keterlibatan Osama, namun
kemudian dibantah Bush bahwa bukti tersebut belum terungkap, mana pernyataan
yang benar?
o
Mengapa
ditempat-tempat yang menjadi target tidak didapati orang Yahudi, bahkan menurut
laporan 4.000 orang Yahudi libur pada hari itu?
o
Mengapa AS
mengabaikan perayaan yang diadakan oleh para ekstremis Yahudi di depan
puing-puing WTC?
o
Mengapa AS
tidak minta klarifikasi mantan PM Isreil, Uhud Barak, yang satu jam sebelum
kejadian menyampaikan pidato disebuah stasiun AS yang mengingatkan bahaya
terror orang Arab dan mengajak memerangi terorisme. Memang Amerika Serikat
terus berusaha menutupi kebohongannya dengan kebohongan yang lain namun
tentunya masyarakat dunia semakin sadar dan faham atas semua kebohongan dan
kebobrokan Amerika Serikat?
Kesimpulannya tuduhan Amerika bahwa yang melakukan serangan 11
September 2001 adalah Osama dengan Al-Qaidahnya adalah suatu kebohongan besar Pertanyaan
selanjutnya kalau bukan Osama lantas siapa yang melakukan aksi serangan
tersebut, padahal opini dunia yang sengaja dibentuk Amerika Serikat adalah Osama
dengan Al-Qaidahnya?
Sungguh, ini hanyalah rekayasa Amerika itu sendiri. Rekayasa Pihak Amerika Serikat ini sengaja
dilakukan untuk memuluskan ambisinya dalam rangka menguasai dunia khususnya
menguasai Negara Islam yang tidak patuh padanya dengan dalih perang global
terhadap terorisme dunia. Dengan adanya rekayasa ini minimal ada 2 target yang
diinginkan Amerika Serikat :
Pertama, Berputarnya
Roda Ekonomi Amerika Serikat. Lyndon Rouche dalam salah satu pidatonya di
Washington pada tanggal 24 Juli 2001 ia menegaskan bahwa saat ini Amerika
sedang menghadapi krisis ekonomi yang parah dan sedang ditepi jurang
kebangkrutan, Amerika Serikat sesungguhnya telah dikelola secara buruk sejak
era Carter, regulasi dibidang transportasi, sumber daya, pendidikan, kesehatan
dan infrastruktur dalam keadaan rusak. Sesungguhnya kehancuran ini tidak datang
secara tiba-tiba didepan mata, akan tetapi adanya kebijakan-kebijakan yang
keliru yang terus berlanjut, selagi IMF, kebijakan politik, Wall Street dan
sistem Proteksi Federal masih mendominasi, maka jangan ada seorang pun yang
berharap adanya perbaikan. Kondisi ini sebenarnya jauh lebih buruk dibanding
keadaan pada tahun 1977
Dalam kondisi seperti ini pada umumnya perlu diciptakan alasan untuk mengobarkan perang yang kelak bisa menggerakkan ekonomi Amerika dan memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan Industri senjata.
Dalam kondisi seperti ini pada umumnya perlu diciptakan alasan untuk mengobarkan perang yang kelak bisa menggerakkan ekonomi Amerika dan memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan Industri senjata.
Dulu Inggris
pernah mengobarkan Perang dunia I guna mencegah terjadinya perubahan-perubahan
semacam ini di Asia, maka pertama-tama mereka mengobarkan api perang di Balkan
kemudian keseluruh dunia, begitu juga Jerman mengobarkan perang Dunia II dengan
motif yang sama. Dengan adanya perang yang berkelanjutan diharapkan roda
ekonomi Amerika yang sudah hancur akan berputar kembali, karena 25% rakyat
Amerika bekerja diperusahaan senjata, dengan demikian produksi senjata akan
meningkat dan tidak akan terjadi PHK. Selain dari pada itu dengan perang yang
dilakukan oleh Amerika khususnya di Timur Tengah meskipun dengan biaya besar,
Amerika Serikat tidak akan pernah rugi bahkan memperoleh keuntungan.
Dibidang
militer, Amerika bisa menancapkan kuku kekuasaannya dengan membangun markas di negara
tetangga yang dia perangi, sebagaimana Amerika Serikat menancapkan kuku
kekuasaannya waktu perang Kuwait dan perang Iraq. Meskipun perang yang
dilakukan memerlukan biaya besar ternyata Amerika Serikat tidak pernah
mengeluarkan biaya untuk perang tersebut, senjata-senjata dan biaya yang
dipergunakan untuk perang di tanggung negara-negara yang menjadi anteknya,
bahkan negara yang diperanginya. Contoh perang Iraq, Iraq harus membayar perang
yang dirancang Bush tahun 1990 sebesar 190 milyar dollar dan membayar perang selanjutnya
sebesar 100 milyar dollar, padahal dia yang menyerbu Iraq dan selanjutnya akan
menyedot 179 milyar barrel minyak Irak. Gila memang, Amerika yang memerangi
tapi yang harus menanggung biaya adalah Iraq yang diperanginya begitu juga
perang Kuwait.
Jika benar
penghancuran menara kembar WTC dan Pentagon dilakukan oleh Amerika Serikat
sendiri mengapa Amerika Serikat harus mengorbankan rakyatnya sendiri? Pertanyaan
ini sebenarnya masuk akal, namun kalau kita belajar sejarah Amerika Serikat
tentunya kita tidak perlu heran. Perlu ditegaskan lebih dahulu bahwa Amerika
Serikat adalah negara Kapitalisme dan Imperialisme sejati, oleh karena itu
mustahil kita mengharap mereka setia kepada nilai-nilai. Bagi Amerika nilai
paling tinggi adalah kepentingan, dan kepentingan paling tinggi adalah uang,
karena inilah sebenarnya inti dari Kapitalisme. Untuk mencapai tujuan tersebut
Amerika tak segan menabrak segala macam nilai-nilai sebagaimana yang mereka
gembar-gemborkan diseantero dunia selama ini. Politik, kekuasaan, pasukan,
senjata, diplomasi internasional, media masa, moralitas, hanyalah serangkaian
alat-alat yang bisa digunakan dan bisa pula ditanggalkan guna mencapai tujuan
tertinggi Kapitalisme. Bila untuk Kapitalisme mereka harus berdusta, mereka
akan lakukan, bila untuk kapitalisme mereka harus membunuh termasuk membunuh
warganya, menyerang, mengusai, melakukan terror atau bahkan menghancurkan suatu
negara, mereka akan lakukan semua itu, dan bila untuk mencapai keberhasilan
semua itu diperlukan kekuatan negara, mereka akan lakukan untuk itu. Dan
semangat Kapitalisme dan Imperialisme di era modern sekarang ini semakin
mendapatkan darah segar ketika negara-negara membiarkan intervensi
tangan-tangan perusahaan besar masuk ke ruang pengambilan keputusan, karena sebagian
dari mereka adalah bagian dari perusahaan-perusahaan itu. Inilah ciri utama
dari apa yang belakangan disebut Negara Korporasi (corporation state atau Negara
Perusahaan), dan itulah sebabnya perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika
Serikat bisa mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah, karena kenyataannya
perusahaan-perusahaan besar itulah yang banyak menyokong bergeraknya roda
perekonomian negara. Oleh karena itu tidak mengherankan jika didalam
perusahaan-perusahaan raksasa selalu ditempatkan mantan pejabat yang pernah
menempati posisi strategis di pemerintahan, misalnya: Raytheon dan Boeing (perusahaan
pembuat pesawat terbang dan pesawat tempur), Lockheed Martin (perusahaan
pembuat pesawat dan tank), Northrop Grumman (perusahaan pembuat senjata), Center
for Security Policy (perusahaan perancang system pertahanan rudal), General
Dynamics dan lain sebagainya. Disamping itu dalam menentukan kebijakan yang
bersifat strategis, sangat didominasi oleh beberapa kelompok “elit“ atau dalam
istilah Presiden Eisenhower disebut “institusi siluman“ atau “institusi X“
yaitu institusi yang menentukan target-target sejati dari strategi-strategi
Amerika Serikat, dimana institusi ini memiliki tokoh-tokoh di posisi-posisi
elit, baik di kepresidenan, konggres, CIA, FBI, Biro Keamanan Nasional (NSA)
mapun di perusahaan-perusahaan raksasa. Itulah sekilas gambaran bagaimana
sebenarnya Negara Amerika Serikat dikelola.
Di dalam
peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan Gedung Kembar WTC dan Pentagon
dengan 4 Pesawat terbang dengan korban manusia kurang lebih 3.000 orang kalau
dibandingkan dengan korban Perang Vietnam tentu tidak ada artinya, lebih-lebih
bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai, tentu kerugian tersebut
sangat kecil. Didalam perang Vietnam Amerika Serikat harus mengeluarkan biaya
sebesar 220 milyar dollar, 5 ribu pesawat helikopter, 6,5 juta ton bom dan
58.000 tentara, sedang di Pihak Vietnam kerugian materi tak terhitung, namun
korban manusia diperkirakan lebih dari 2 juta orang. Jadi selain korban materi
yang begitu besar, Amerika Serikat juga mengorbankan 58.000 tentaranya dan
mestinya kalau mau jujur Amerika Serikat juga mengorbankan Presiden Kennedy,
karena sebenarnya terbunuhnya Kennedy terkait dengan kebijaksanaan tentang
adanya rencana penarikan pasukan Amerika Serikat dari Vietnam. Keputusan
Kennedy tersebut ternyata berbenturan dengan kepentingan para elit yang
sejatinya menguasai Amerika Serikat, namun Kennedy tetap ngotot, sehingga
terjadilah pembunuhan tersebut yang direkayasa seakan-akan pelakunya adalah Lee
Harvey Oswald. Rahasia dibalik pembunuhan Presiden Kennedy tersebut sampai saat
ini masih diselimuti kabut misteri yang tebal, namun skandal tersebut
rencananya akan dibuka pada tahun 2038, namun dimajukan pada tahun 2029. Jadi
didalam perang Vietnam yang menelan korban demikian besar, baik dari segi
materi maupun manusia, ternyata target yang ingin dicapai Amerikat Serikat
hanya satu yaitu menggerakkan roda ekonomi Amerika Serikat.
Kedua, Memuluskan Niat Jahat Amerika Serikat untuk Menghancurkan
serta Menguasai Negara Islam dengan Dalih Perang Global terhadap Terorisme Dunia.
Seperti kita ketahui bahwa setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001, Amerika
langsung menuduh Osama bin Laden dengan Al-Qaidahnya sebagai dalang peristiwa
tersebut dan Afganistan sebagai pelindung Osama, dengan demikian Amerika
Serikat yang mengaku sebagai Polisi Dunia menganggap legal melakukan serangan
ke Afganistan. Pertanyaannya benarkah penyerbuan Amerika ke Afganistan karena
adanya Osama? Ada sebuah buku yang mungkin bisa menjawab terkait dengan
pertanyaan, mengapa Amerika Serikat harus mengorbankan warganya sendiri. Buku
tersebut ditulis oleh James Bamford, dengan judul Body of Secrets : Anatomy of
the Ultra-Secret National Security Agency. Didalam buku tersebut terungkap
jelas bahwa ternyata Amerika Serika pernah merencanakan pembunuhan terhadap
warganya sendiri untuk memuluskan niat jahatnya menyerbu Kuba.
Buku ini membeberkan tentang dokumen rahasia yang dibuat pada masa
Presiden Kenedy, ketika penurunan Pasukan Amerika di Teluk Babi mengalami
kegagalan, dimana tujuan utama operasi ini adalah menjatuhkan Presiden Fidel
Castro. Operasi ini telah menjadi noda hitam yang mempermalukan intelejen
Amerika. Dewan Jendral Amerika telah membuat suatu rencana lain yang disebut
“Northwoods“ yang memuat rencana pembunuhan terhadap orang-orang Amerika
Serikat yang berada di Kuba, untuk kemudian dilemparkan tuduhan pembunuhan ini
kepada Kuba, sehingga Amerika Serikat mempunyai alasan yang kuat untuk menyerbu
Kuba. Dewan Jendral ini memandang bahwa militer akan lebih sukses melakukan
operasi yang gagal diwujudkan oleh intelejen. Jadi bukan hal yang mustahil bila
operasi 11 September 2001 tersebut dilakukan oleh institusi yang ada di Amerika
Serikat sendiri kemudian melemparkan tuduhan tersebut kepada kelompok Islam
dengan tujuan membentuk opini publik Amerika yang dapat membakar emosi warga
untuk menyeret dan mendorong pemerintah untuk berperang, serta opini dunia agar
mendapat dukungan dari para sekutunya sehingga penyerbuan ke target-target yang
telah direncanakan khususnya terhadap negara-negara Islam dianggap legal serta
mendapat dukungan dari sekutunya.
Bukti lain yang dapat dijadikan alasan bahwa yang melakukan aksi
ini adalah Amerika Serikat sendiri mengambil inspirasi dari sebuah judul film
“Sword fish“ dimana film ini setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001
tersebut di Amerika Serikat dan negara sekutunya dilarang beredar. Larangan
tersebut muncul karena adanya perdebatan sengit diantara para Senator di
Konggres Amerika, yaitu bahwa dalam film tersebut terdapat simbol kekuatan
laten dibelakang layar dan agen rahasia yang mendapat mandat dari seorang
Senator untuk melakukan beberapa tugas rahasia yang dilarang undang-undang. Senator
tersebut dalam dialog film berkata: “ Ya ! kita akan menjatuhkan pesawat kita
sendiri, kita akan menghancurkan gedung-gedung kita sendiri, lantas kita akan
memampang wajah buruk terorisme didepan seluruh masyarakat dunia. Dengan begitu
kita akan mendapat dukungan opini masyarakat untuk mengobarkan perang terhadap negara-negara
terroris.” Film tersebut sebenarnya juga beredar di Indonesia dengan bintang
utamanya John Travolta, namun kalimat tersebut kelihatannya sudah di edit
(dihilangkan).
Afganistan dan Irak dirudal atas nama perang melawan terorisme.
Sedangkan kita tahu, Pemerintah Taliban sampai detik-detik terakhir tembakan
salvo mesin perang Amerika tetap bersikukuh tidak tahu-menahu soal Tragedi WTC.
Rezim Saddam Hussain pun tidak memiliki senjata pemusnah massal seperti
dituduhkan Washington. Bahkan, Kepala Tim Inspeksi Senjata Nuklir, Mayjen Keith
Dayton yang dikirim oleh Pentagon dengan 1.400 pakar nuklir juga tak menemukan
secuil molukel atom di Irak. Jadi, gempuran ke Kabul dan Baghdad menyisakan
misteri tersendiri.
Lembaga American Civil Liberties Union (ACLU) berhasil mendapatkan
sebuah dokumen rahasia milik pemerintah AS terkait peristiwa 11 September 2001.
Dalam dokumen itu terungkap bahwa pemerintahan Amerika Serikat yang ketika itu
dipimpin oleh Presiden George W. Bush ternyata menekan komisi investigasi peristiwa
11 September agar tidak menyelidiki lebih jauh insiden yang menewaskan ribuan
warga AS itu. Pemerintahan Bush menolak permohonan komisi untuk meminta keterangan
dari para tersangka pelaku serangan dengan alasan, komisi telah melampui batas
jika hal itu dilakukan dan akan mengganggu upaya pemerintah untuk melindungi
bangsa dan egara AS. Dengan dalih bahwa pemerintah perlu melindungi keamanan
nasional termasuk melindungi rakyat AS dari serangan-serangan teroris di masa
depan, pemerintahan Bush memerintahkan agar komisi investigasi peristiwa 11
September 2001 tidak melakukan penyelidikan lebih jauh lagi terhadap peristiwa
serangan tersebut. "Pejabat pemerintahan AS bertanggung jawab atas
penegakkan hukum, pertahanan dan fungsi-fungsi intelejen pemerintah. Kami
mendesak komisi untuk tidak lebih jauh lagi mengusulkan untuk ikut serta dalam
proses interogasi para tahanan," demikian isi dokumen yang didapat ACLU.
Tahanan yang dimaksud adalah para tersangka pelaku serangan 11 September 2001
yang sudah ditangkap dan dipenjarakan AS.
Dokumen dalam bentuk surat itu bertanggal 6 Januari 2004 dan
ditandatangani oleh mantan Jaksa Agung AS, John Ashcroft, Menteri Pertahanan, Donald
Rumsfeld dan Direktur CIA, George Tenet.
Komisi Investigasi dibentuk pemerintah AS pada
bulan November 2002. Tugasnya, menyiapkan laporan menyeluruh tentang hal-hal
terkait peristiwa serangan 11 September 2001 yang masih menimbulkan tanda tanya
besar. Seiring perjalanan waktu, makin banyak orang termasuk di kalangan
masyarakat AS sendiri yang meyakini bahwa AS telah memanipulasi peristiwa
serangan yang dikenal dengan Black September itu.
English:
BalasHapusThanks for sharing this Information! You are Awesome!
Indonesia:
Terima kasih untuk membagi Informasi ini! kamu itu Mengagumkan!
(saya bisa banyak bahasa)